Ba’da Isya, hatiku kembali
gerimis membaca pesan-mu, bulir sedih kembali menggenang dimataku. Merasa menjadi sosok yang tiada guna sebagai orang
yang dicintai oleh-mu. Ketika seharusnya menjadi orang yang paling mengerti
dirimu, saya justru menjadi orang yang paling banyak tuntutan-nya pada-mu. Ketika
seharusnya menjadi tempat bersandar yang paling kokoh, saya justru menjadi
penyebab bertumpuknya pikiran dan lelah-mu. Ketika seharusnya menjadi seorang
yang paling sabar terhadap-mu, saya justru menjadi yang paling tidak pengertian
terhadap-mu. Maaf untuk semua lalai dan alpa atas peran-ku sebagai pasangan-mu.
Teringat beberapa bulan lalu, ketika terkata oleh-mu, “Mamah membatasi kegiatan-ku hanya di Asak saja”. Mendengar-nya ada perasaan setuju atas pendapat Mamah saat itu, Agar ada cukup waktu untuk-mu ber-istirahat atas semua aktivitas keseharian-mu. Mendekati tahun ajaran baru, sempat terkata oleh-mu “kalau saya tidak ke Kampus, rasanya ada yang kurang Kak”. Beberapa minggu berselang, datang telepon dari Kampus meminta-mu datang, meminta-mu untuk kembali mengajar, memintamu kembali memegang kelas Bahasa Inggris. Jika boleh jujur, ingin rasa-nya memintamu untuk menolak permintaan itu. Tapi betapa egois-nya diriku saat itu, jika harus meminta-mu menghapus salah satu hal yang membawa bahagiaan bagimu. Rasa khawatir-ku sempat berkurang mengetahui jadwal-mu di kampus dipadatkan hanya satu hari saja. Selang waktu berganti, aktivitasmu dikampus menjadi setiap hari kerja. Ingin protes akan hal itu, tapi hanya bisa melakukannya pada diri sendiri.
Asak adalah tempatmu menghabiskan
waktu siang hingga sore hari-mu. Bersama kerja penuh kesabaran, menjadi guru,
Kakak bahkan berperan sebagai orang tua bagi para siswa-mu. Selepas itu, rumah
masih menuntut kewajiban-mu. Di hari libur-pun terkadang menjadi tak terduga,
Tanggung jawab-mu terhadap organisasi menuntut peran-mu dalam pikir dan
kerja-kerja.
Hari-mu seperti Estafet kerja
yang tiada putus dan terus bersambung meminta ditunaikan. Ingin rasanya
menaggung semua lelah-mu di pundak-ku. Menjadi sebaik-baik tempat-mu bersandar
ditengah semua lelah yang menyergap. Menjadi sebaik-baik pendengar
cerita-cerita yang ingin terkatakan. Menjadi sebaik-baik penyemangat hidupmu
menjalani hari. Maaf karena tidak berhasil menjalankan tugas-ku sebagai Lelaki
yang dicintai oleh-mu. Maaf untuk semua lemah diriku padamu.
--- 06 Oktober 2014 ---
Komentar
Posting Komentar